1. Tali
Fungsi utama tali adalah untuk melindungi pendaki dari kemungkinan jatuh
sampai menyentuh tanah ( freefall ). Berbagai jenis tali yang digunakan
dalam Panjat Tebing adalah :
a. Tali serat alam
Jenis tali ini sudah jarang digunakan. Kekuatan tali ini sangat rendah
dan mudah terburai. Tidak memiliki kelenturan, sehingga membahayakan pendaki.
b. Hawser Laid
Tali sintetis, plastik, yang dijalin seperti tali serat alam. Masih
sering digunakan terutama untuk berlatih turun tebing. Tali ini relatif
lebih kuat dibanding tali serat alam dan tidak berserabut. Kelemahannya
adalah kurang tahan terhadap zat kimia, sulit dibuat simpul dan
mempunyai kelenturan rendah serta berat.
c. Core dan Sheat Rope ( Kernmantel Rope )
Tali yang paling banyak digunakan saat ini, terdiri dari lapisan luar
dan dalam. Yang terkenal adalah buatan Edelrid, Beal dan Mammut. Ukuran
tali yang umum dipakai bergaris tengah 11 mm, panjang 45 m. Untuk
pendakian yang mudah, snow climbing, atau untuk menaikkan barang dipakai
yang berdiameter 9 mm atau 7 mm. Tali ini memiliki sifat - sifat :
- Tidak tahan terhadap gesekan dengan tebing, terutama tebing laut (
cliff ). Bila dipakai untuk menurunkan barang, sebaiknya bagian tebing
yang bergesekan dengan tali diberi alas ( pading ). Tabu untuk menginjak
tali jenis ini.
- Peka ( tidak tahan ) dengan zat kimia.
- Tidak tahan terhadap panas. Bila tali telah dicuci sebaiknya dijemur
di tempat teduh.
- Memiliki kelenturan yang baik bila mendapat beban kejut ( karena pendaki
jatuh, misalnya ).
Pada umumnya tali - tali tersebut akan berkurang kekuatannya bila dibuat
simpul. Sebagai contoh, simpul delapan ( figure of eight ) akan
mengurangi kekuatan tali sampai 10%. Karena sifat tali yang demikian,
maka dibutuhkan perawatan dan perlakuan yang baik dan benar. Cara
menggulung tali juga perlu diperhatikan agar tidak kusut, sehingga tidak
mudah rusak dan mudah dibuka bila akan digunakan. Ada beberapa cara
menggulung tali, antara lain :
- Mountaineers coil
- Skein coil
- Royal robin style
Bermacam cara menggulung tali |
2. Webbing ( tali pita ) dan Sling
Sering kali kita menyebut webbing sebagai sling atau sebaliknya. Webbing memiliki bentuk seperti pita, dan ada dua macam. Pertama lebar 25 mm dan berbentuk tubular, sering digunakan untuk :
- Harness ( tali tubuh ), swami belt, chest harness, atau
- Alat bantu peralatan lain, sebagai runners ( titik pengaman ), tangga ( etrier ) atau untuk membawa peralatan.
Webbing yang lain memiliki lebar 50 mm dan berbentuk pipih, yang biasa digunakan untuk macam - macam body slings. Webbing yang sering disebut juga sebagai flat rope adalah produk sampingan perang dunia II.
3. Carabiners ( snapring, snapling, cincin kait )
Secara prinsip, carabiner digunakan untuk menghubungkan tali dengan runners ( titik pengaman ), sehingga carabiner dibuat kuat untuk menahan bobot pendaki yang terjatuh. Persyaratan yang harus dibuat oleh assosiasi pembuat peralatan panjat tebing mengharuskan carabiner dapat menahan bobot 1200 kilogram force ( kp ) atau sekitar 2700 pounds. Sedangkan beban maksimum yang diperbolehkan adalah sekitar 5000 pounds.
Carabiner yang terbuat dari campuran alumunium ( Alloy ) ini sangat ringan dan cukup kuat, terutama yang bebentuk D. Carabiner yang terbuat dari baja mempunyai kekuatan yang sangat tinggi sampai 10.000 pounds tetapi relatif berat bila dibawa dalam jumlah banyak untuk suatu pendakian. Ada carabiner yang dilengkapi tutup pada pintunya ( screw gate ). Hal ini dimaksudkan agar carabiner tidak tebuka gatenya karena sesuatu hal. Tentunya carabiner ini lebih berat dibandingkan yang tanpa tutup ( non screw gate ).
4. Piton ( pegangan, paku tebing )
Terbuat dari bahan metal dalam berbagai bentuk. Berfungsi sebagai pengaman, piton ini ditancapkan pada rekahan tebing. Sebagai kelengkapan untuk memasang atau melepas piton digunakan hammer. Pada umumnya piton dapat digolongkan dalam 4 jenis, yaitu Bongs, Bugaboos, Knife - blades dan Angle. Piton jenis angle, knife - blades, dan bongs biasanya digunakan untuk rekahan horizontal maupun vertikal. Sedangkan yang bugaboos biasanya dibuat khusus untuk horizontal atau vertikal saja. Cara pemasangan piton sangat sederhana. Setelah memeriksa rekahan yang akan dipasang piton, kita memilih piton yang cocok dengan rekahan, lalu ditancapkan dan pukul dengan hammer. Salah besar kalau kita memilih piton dulu baru memilih rekahan pada tebing. Untuk mengetahui rapuh tidaknya rekahan yang akan kita pasang piton, adalah dengan memukulkan hammer pada tebing sekitar rekahan. Suara yang nyaring menunjukkan rekahan tersebut tidak rapuh.
Adakalanya rekahan yang kita hadapi membutuhkan cara pemasangan yang berbeda dan atau perlu dimodifikasi dengan alat lain, sehingga perlu beberapa cara khusus dalam pemasangannya. Cara melepas piton adalah dengan menggunakan hammer yang kita pukulkan pada mata piton searah dengan rekahan sampai pada akhirnya piton dapat ditarik.
5. Chock
Disamping piton, chock juga berfungsi sebagai alat pengaman ( runners ). Dibuat dalam beberapa jenis dan ukuran, dapat dibagi menjadi : sling chock, wired chock, dan rope chock. Diantaranya berbentuk hexentric dan foxhead. Chock dibuat dari alumunium alloy sehingga sangat ringan. Cara memasang chock adalah dengan menyangkutkan pada rekahan. Sangat disukai pemanjat yang berpengalaman, karena mudah menempatkannya pada rekahan dan tidak memerlukan tenaga serta waktu banyak seperti halnya memasang piton.
6. Ascendeur
Ascendeur digunakan sebagai alat bantu naik, merupakan perkembangan dari prusik, mudah mendorongnya ke atas tapi dapat menahan beban. Dalam menggunakan ascendeur sebaiknya menggunakan sling terlebih dahulu sebelum disangkutkan pada carabiner. Ascendeur terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
a. Jumar
Merupakan alat bantu naik pertama, terbuat dari kerangka alumunium dan baja. Alat ini dapat dipakai untuk tali berdiameter 7 - 11 mm dan berkekuatan 1100 pounds. Jumar sendiri dapat dibagi menjadi 3 macam :
- Standard jumar
- Jumar
- Jumar CMI 5000 ( ColoradoMountains Industries ). Jenis ini mempunyai kekuatan sekitar 5000 pounds dan carabiner dapat langsung disangkutkan pada kerangkanya.
b. Clog
Alat naik mekanis yang lain, mempunyai prinsip kerja yang sama seperti jumar. Alat ini banyak digunakan di Inggris.
7. Descendeur
Alat ini digunakan turun tebing ( abseiling, rapeling ). Pada prinsipnya untuk menjaga agar pendaki tidak meluncur bebas. Keuntungan lainnya adalah tubuh tidak tergesek tali, sehingga tidak terasa panas.
Descendeur |
Beberapa jenis descendeur :
a. Figure of eight
b. Brake bar
c. Bobbin ( petzl descendeur )
- single rope
- double rope
d. Modifikasi carabiner . Carabiner yang kita susun sedemikian rupa sehingga berfungsi semacam brake bar.
8. Etrier ( tangga )
Bila rute yang akan dilalui ternyata sulit, karena tipisnya pijakan dan pegangan, maka etrier ini sangat membantu untuk menambah ketinggian. Pada Atrificial Climbing, etrier menjadi sangat vital, sehingga tanpa alat ini seorang pendaki akan sulit sekali untuk menambah ketinggian.
9. Harness
Harness sangat menolong untuk menahan tubuh, bila pendaki terjatuh, Juga akan mengurangi rasa sakit dibandingkan bila kita menggunakan tali langsung ke tubuh dengan simpul bowline on a coil. Harness yang baik tidak akan mengganggu gerak tubuh dari pendaki. Akan tetapi sangat terasa gunanya bila pendaki dalam posisi istirahat.
Jenis - jenis harness :
a. Full body harness
Harness ini melilit di seluruh tubuh, relatif aman dan biasanya dilengkapi dengan sangkutan alat disekeliling pinggang. Sering dipakai di medan salju / es.
b. Seat harness
Harness ini lebih sering dipakai, mungkin karena tidak begitu mengganggu pendaki dalam bergerak. Seat harness dapat dibuat dari webbing ( swami belt ) dan diapersling atau dengan menggunakan figure of eight sling.
10. Helm
Bagian tubuh yang paling lemah adalah kepala, sehingga perlu mengenakan helm untuk melindungi dari benturan tebing saat pendaki terjatuh atau bila ada batu yang berjatuhan. Meskipun helm agak mengganggu, tetapi kita akan terhindar dari kemungkinan terluka atau keadaan fatal.
11. Sepatu
Sepatu sangat berpengaruh pada suatu pendakian, ini pun tergantung pada medan yang akan dilalui. Untuk medan batu kapur yang licin dipakai sepatu yang bersol tipis dan rata. Sedangkan untuk medan sand stone ( batu pasir ) atau medan basah dipakai yang bersol tebal dan bergerigi. Sepatu panjat biasa dibuat tinggi, untuk melindungi mata kaki
SUMBER : http://www.belantaraindonesia.org/2010/12/tehnik-panjat-tebing.html
0 comments:
Post a Comment